RESENSI
Keterangan Buku:
Judul Buku : Ringkasan Ihya’
Ulumuddin Imam Al-Ghazali
Penyunting : abu Fajar
Al-Qalami
Penerbit : gitamedia press
Tahun Terbit : 2003
Cetakan Ke : I
Tebal buku : 464
Isi / point:
Kitab Kesatu : Mengenai ilmu dan Upaya Memilikinya
Kitab Kedua : Mengenai Kaidah-Kaidah Iktikad (Akidah)
Kitab Ketiga : Mengenai Thaharah (Bersuci)
Kitab Keempat : Mengenai Rahasia
Shalat
Kitab Kelima : Mengenai Zakat
Kitab Keenam : Mengenai Rahasia Puasa
Kitab Ketujuh : Mengenai Rahasia
Ibadah Haji
Kitab Kedelapan : Mengenai Membaca
Al-Qur’an
Kitab Kesembilan : Mengenai Doa dan Dzikir
Kitab Kesepuluh : Mengenai Wirid
Kitab Kesebelas : Mengenai Tata Kesopanan
Makan
Kitab Keduabelas : Mengenai Rahasia Nikah
Kitab Ketigabelas : Mengenai Tata Krama Mencari
Nafkah
Kitab Keempatbelas : Mengenai Halal dan Haram
Kitab Kelimabelas : Mengenai Etika Pergaulan
dan Kasih Sayang
Kitab Keenambelas : Mengenai Mengasingkan Diri
(Uzlah)
Kitab Ketujuhbelas : Mengenai Adab dalam Bepergian
Kitab Kedelapanbelas : Mengenai Adab Mendengar dan
Perasaan
Kitab Kesembilanbelas : Mengenai Amar Ma’ruf dan Nahi
Munkar
Kitab Keduapuluh : Mengenai Kehidupan dan
Akhlak Kenabian
Kitab Keduapuluh Satu : Mengenai Keajaiban-keajaioban Nabi
Kitab Keduapuluh Dua :
Mengenai Melattih Jiwa, Membersihkan Akhlak dan Mengobati Hati
Kitab Keduapuluh Tiga : Mengenai Menghancurkan Perut dan
Kemaluan
Kitab Keduapuluh Empat : Mengenai Bahaya-Bahaya Lidah
Kitab keduapuluh Lima :
Mengenai Marah, Dendam dan Benci
Kitab Keduapuluh Enam : Mengenai Keburukan Duniawi (Harta)
Kitab Keduapuluh Tujuh : Mengenai Cinta Harta dan Kikir
Kitab Keduapuluh Delapan : Mengenai Kemasyhuran dan Riya’
Kitab Keduapuluh Sembilan : Mengenai Sombong dan Ujub (Membanggakan Diri)
Kitab Ketigapuluh : Mengenai Orang-Orang yang
Tertipu
Kitab Ketigapuluh Satu : Mengenai Taubat
Kitab Ketigapuluh Dua : Mengenai Sabar dan Syukur
Kitab Ketigapuluh Tiga : Mengenai Harap dan Takut
Kitab Ketigapuluh Empat : Mengenai Fakir dan Zuhud
Kitab Ketigapuluh Lima :
Mengenai Tauhid dan Tawakkal
Kitab Ketigapuluh Enam : Mengenai Cinta, Rindu dan Ikhlas
Kitab Ketigapuluh Tujuh : Mengenai Niat dan Ikhlas
Kitab Ketigapuluh Delapan : Mengenai Koreksi dan Pengawasan Diri
Kitab Ketigapuluh Sembilan : Mengenai Tafakkur (Berfikir)
Kitab Keempatpuluh : Mengenai Mengingat Mati
ANALISIS KITAB “RINGKASAN IHYA’ ULUMUDDIN”
Dikalangan umat
islam, nama Al-Hujjatul Imam Al-Ghazali bukanlah sesuatu yang asing.
Karya-karyanya yang tak tertandingi membuat ulama’ ini tidak dikenal di
zamannya saja. Namun, dikagumi umat sepanjang masa.
Salah satu
karyanya yang sangat terkenal dan sangat berharga adalah kitab Ihya’ Ulumuddin
. Kitab tersebut terdiri dari beribu-ribu halaman dan juga berjilid-jilid.
Biasanya, kitab
tersebut dipelajari dikalangan pesantren dan dipelajari oleh para santri,
orang-orang yang mempelajari tasawuf dan juga para sufisme.
Karena berupa
kitab kuning yang harus diterjemahkan dan membutuhkan penjelasan yang sangat detail. Maka, banyak kaum muslim yang
tidak terlalu mengerti dan memahami isi dan kandungan kitab Ihya’ Ulumuddin
tersebut karena adanya berbagai hambatan dalam mempelajarinhya. Padahal,
sesungguhnya Ihya’ Ulumuddin mengandung pesan dan ajaran yang sangat luar biasa
bagi kita semua.
Terdorong atas dasar:
ingin untuk membantu umat islam yang ingin belajar dan menyempurnakan
ibadahnya dengan mudah, serta untuk memberikan cara ataupun solusi bagi para
sufi dalam menjalani kehidupannya (sufisme) dan juga bagi orang-orang yang
mempelajari tasawuf, khususnya keinginan untuk memahami kitab Ihya’ Ulumuddin
dengan mudah. Maka, Abu Fajar Al-Qalami
berusaha mengalih bahasakan kitab Ihya’ Ulumuddin tersebut kedalam Bahasa Indonesia
serta meringkasnya. Tentu saja dengan kalimat, pembahasan, penjelasan dan
uraian yang mudah dipahami oleh para pembaca.
Dan karena factor
kitab tersebut (Ihya’ ulumudddin) terdiri dari ribuan halaman dan beberapa
jilid, maka Abu Fajar Al-Qalami
mencoba dan berusaha menyederhanakannya dalam bentuk ikhtisar (ringkasan). Hingga
akhirnya ia (Abu Fajar Al-Qalami)
memberikan judul bukunya dengan sebutan “Ringkasan
Ihya’ Ulumuddin”. Pertimbangannya sangatlah sederhana, yakni: agar umat
mampu memahami dan menguasai inti atau ringkasan dari kitab ihya’ Ulumuddin
(yang memiliki banyak halaman dan berjilid-jilid) tersebut, dan juga agar para
sufi dapat lebih mudah memahami dan mengerti akan isi atau kandungan materi
yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin hingga ahirnya para ahli sufi ataupun
para ahli tasawuf tersebut dapat lebih mudah mengimplementasikan ajaran-ajaran
yang tersirat dalam kitab tersebut dalam kehidupan keseharian mereka, serta agar
umat tidak perlu membayar mahal untuk mendapatkan sebuah judul kitab dan juga
agar para pembaca atau para pelajar tidak malas dalam mempelajari atau
memahaminya serta membacanya karena kitabnya yang tidak terlalu tebal.
Dalam Segi Bahasa atau
Perbendaharaan Kata:
Dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin” tersebut, terdapat
beberapa kelebihan dalam segi bahasanya, diantaranya ialah:
Ø
Karena Abu Fajar Al-Qalami menggunakan bahasa yang modern. Hal ini
membuat para pembaca lebih mudah memahami maksudnya.
Ø
Kata-katanya indah dan
sederhana namun tetap berbobot. Sehingga tidak mengurangi komponen asli ataupun
pembahasan yang terdapat dalam kitab aslinya yakni: Ihya’ Ulumuddin.
Ø
Tata bahasanyapun teratur
rapi.
Ø
Dalam menguaraikan
maknanyapun juga tidak berbelit-belit, yakni: langsung menuju pada sasaran
pokok atau pembahasan intinya.
Ø
Dan Abu
Fajar Al-Qalami, juga menggunakan
kosa kata yang yang mudah dikenal. hingga akhirnya ia tidak menghilangkan
konteks makna yang terkandung dalam kitab aslinya yakni kitab Ihya’ Ulumuddin.
Ø
Kandungan atau
pembahasannya-pun juga tidak mengurangi inti dalam pembahasan kitab Ihya’
Ulumuddin.
Ø
Ia atau Abu Fajar Al-Qalami juga tetap mencantumkan
beberapa kiasan sebagaimana yang yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.
dan selayaknyalah, ia tetap
mempertahankan beberapa kelebihan tersebut diatas. Sehingga hal tersebut
menjadi suatu pandangan yang lebih menonjol.
Adapun kekurangan ataupun kelemahan dalam
kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”
yang terdapat dalam segi bahasanya ialah:
Ø Adanya pembagian atau penggunaan bahasa yang kurang signifikan.
Maksudnya ialah adanya beberapa istilah kuno atau istilah kitab dalam kosa kata
bahasa arab yang terdahulu, hal ini mengkibatkan timbulnya kesulitan dalam
memahami istilah tersebut bagi orang awam yang baru memulai mempelajari
kitab-kitab tasawuf seperti kitab ini. Dan dalam kitab ini, Abu Fajar Al-Qalami tidak mencantumkan penjelasan,arti ataupun
pengertian terhadap maksud dari istilah-istilah kitab tersebut. Sehingga
menimbulkan kebingungan terhadap para pembaca ataupun pelajar yang baru
menjajaki bidang tasawuf ataupun kehidupan sufistik.
Penggunaan istilah kitab kuno atau istilah-istilah
yang sulit dipahami tersebut, seharusnya harus diganti dengan istilah-istilah
yang lebih mudah dicerna atau diganti dengan istilah-istilah ‘ashriy.
Sehingga mereka ataupun kita semua lebih cepat dalam memahami kitab ini. Dan
bila istilah-istilah sulit tersebut tidak diganti. Maka, seharusnya Abu Fajar
Al-Qalami mencantumkan arti atau pengertian itilah tersebut di belakang halaman
sebagai kolom lembar perbendaharaan kata. Sehingga kita semua dapat lebih cepat
memahaminya tanpa membuka kamus lagi.
Dalam Segi Materi atau
Pembahasan:
Adapun kelebihan
kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”dalam
segi materinya ialah:
Ø Abu Fajar Al-Qalami tidak
mengurangi ataupun menambahi materi-materi inti yang terdapat dalam kitab
aslinya yakni Ihya’ Ulumuddin. Artinya: dalam kitabnya Abu Fajar Al-Qalami tersebut,
ia tetap mencantumkan materi-materi inti atau materi-materi aslinya sebagaimana
materi-materi yang tercantum dalam pembahasan kitab Ihya’ Ulumuddin karangan
Imam Al-Ghazali.
Ø
Dalam kitab “Ringkasan
Ihya’ Ulumuddin” tersebut, Abu Fajar Al-Qalami hanya mencantumkan
atau mengalih bahasakan makna atau kandungan kitab Ihya’ Ulumuddin karangan
Imam Ghazali saja, tanpa merubah keautentikannya. Sehingga keautentikan
ataupun keaslian pembahasan yang ada di dalam kitab karangannya Imam Ghazali
masih sama dengan pembahasan ataupun materi yang ada didalam “Ringkasan Ihya’
Ulumuddin” karangan Abu Fajar Al-Qalami.
Ø
Masih dicantumkannya
dasar-dasar atau dalil-dalil sebagaimana yang tercantum dalam kitab karangan
Al-Ghazali untuk dijadikan sebagai penopang materi-materi yang terdapat dalam
kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”.
Dan mengenai
kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam kitab ini adalah:
Ø
Tidak dicantumkannya contoh-contoh
yang sedikit lebih detail. Yang dapat menjadikan dan membantu para
pembaca dan para sufisme untuk dapat lebih memahami dengan sangat jelas. Dan
seharusnya, Abu Fajar Al-Qalami lebih banyak mencantumkan contoh-contoh
pembahasan, sebagaimana contoh-contoh pembahasan yang terdapat dalam kitab
Ihya’ Ulumuddin untuk dicantumkan dalam kitab ini yakni dalam kitab “Ringkasan
Ihya’ Ulumuddin”. Sehingga, mereka (para pembaca dan para sufisme) dapat
memiliki wacana yang lebih luas lagi untuk dijadikan sebagai cermin dalam
kehidupan mereka.
Ø
Banyak dicantumkannya
hadist-hadist yang masih di perdebatkan keshohihannya (oleh para ulama’). Dan
semestinya, Abu Fajar Al-Qalami lebih dahulu memilah antara hadist-hadist yang
sudah jelas keshahihannya dan antara hadist-hadist yang masih diragukan
keshahihannya. Sebelum mencantumkan suatu hadist kedalam karangannya, seharusnya
ia lebih dahulu memilah hal ini agar tidak terjadi berbagai macam kemudhorotan.
Ø
Penjelasan yang diutarakan
oleh Abu Fajar Al-Qalami agaknya kurang menjabar. Hendaknya hal ini harus
ditambah dengan beberapa penjelasan lagi agar para pembaca, khususnya orang
yang mempelajari tasawuf memiliki beberapa pengetahuan yang lebih.
Hubungan kitab ini (“Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”) dengan tasawuf
dalam implementasi kehidupan sufistik di era modern.
Kitab ini telah
dan akan selalu memberikan sumbangsih yang lebih bagi kita semua dalam
mempelajari ilmu tasawuf serta dalam mendalami kehidupan sufistik. Kitab ini
tidak akan pernah lekang oleh waktu karena kitab ini merupakan tali penyatu,
penghubung, wasiilah bagi para kaum yang semakin haus akan ilmu tasawuf
serta bagi para ahli sufi yang hidup dizaman modern ini.
Kitab ini
merupakan bagian dari tasawuf yang sangat baik untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sufistik di era modern seperti saat ini!!!. Karena kitab ini merupakan
thoriiqoh, serta wasiilah yang sangat flexible namun tetap
tegak dan tidak pernah goyah pada jalur syari’ah yang telah ada, mudah namun tetap
harus diiringi dengan penuh usaha yang selalu berdampingan dengan berbagai-macam
rintangan, sulit untuk dijalani namun tetap terhidang solusi-solusi yang
menjadi jalan atau pintu keluarnya.
Kiranya, banyak
masukan untuk penulis karena adanya berbagai-macam kekurangan yang terletak
pada penulis. Semoga resensi ini bermanfaat bagi kita semua sehingga membawa
berkah ilahi rabbi. Amien.
bagus bgt
BalasHapus