Rabu, 16 Desember 2015

resensi kitab ihya' ulumuddin

RESENSI


Keterangan Buku:
Judul Buku      : Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Imam Al-Ghazali
Penyunting      : abu Fajar Al-Qalami
Penerbit           : gitamedia press
Kota Terbit      : Surabaya
Tahun Terbit    : 2003
Cetakan Ke     : I
Tebal buku      : 464


Isi / point:
Kitab Kesatu                           : Mengenai ilmu dan Upaya Memilikinya
Kitab Kedua                           : Mengenai Kaidah-Kaidah Iktikad (Akidah)
Kitab Ketiga                           : Mengenai Thaharah (Bersuci)
Kitab Keempat                        : Mengenai Rahasia Shalat
Kitab Kelima                           : Mengenai Zakat
Kitab Keenam                         : Mengenai Rahasia Puasa 
Kitab Ketujuh                         : Mengenai Rahasia Ibadah Haji
Kitab Kedelapan                     : Mengenai Membaca Al-Qur’an
Kitab Kesembilan                   : Mengenai Doa dan Dzikir
Kitab Kesepuluh                     : Mengenai Wirid
Kitab Kesebelas                      : Mengenai Tata Kesopanan Makan
Kitab Keduabelas                   : Mengenai Rahasia Nikah
Kitab Ketigabelas                   : Mengenai Tata Krama Mencari Nafkah
Kitab Keempatbelas                : Mengenai Halal dan Haram
Kitab Kelimabelas                   : Mengenai Etika Pergaulan dan Kasih Sayang
Kitab Keenambelas                 : Mengenai Mengasingkan Diri (Uzlah)
Kitab Ketujuhbelas                 : Mengenai Adab dalam Bepergian
Kitab Kedelapanbelas             : Mengenai Adab Mendengar dan Perasaan
Kitab Kesembilanbelas           : Mengenai Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Kitab Keduapuluh                  : Mengenai Kehidupan dan Akhlak Kenabian
Kitab Keduapuluh Satu          : Mengenai Keajaiban-keajaioban Nabi
Kitab Keduapuluh Dua           : Mengenai Melattih Jiwa, Membersihkan Akhlak dan Mengobati Hati
Kitab Keduapuluh Tiga          : Mengenai Menghancurkan Perut dan Kemaluan
Kitab Keduapuluh Empat       : Mengenai Bahaya-Bahaya Lidah
Kitab keduapuluh Lima          : Mengenai Marah, Dendam dan Benci
Kitab Keduapuluh Enam        : Mengenai Keburukan Duniawi (Harta)
Kitab Keduapuluh Tujuh        : Mengenai Cinta Harta dan Kikir
Kitab Keduapuluh Delapan    : Mengenai Kemasyhuran dan Riya’
Kitab Keduapuluh Sembilan   : Mengenai Sombong dan Ujub (Membanggakan Diri)
Kitab Ketigapuluh                  : Mengenai Orang-Orang yang Tertipu
Kitab Ketigapuluh Satu          : Mengenai Taubat
Kitab Ketigapuluh Dua           : Mengenai Sabar dan Syukur
Kitab Ketigapuluh Tiga          : Mengenai Harap dan Takut
Kitab Ketigapuluh Empat       : Mengenai Fakir dan Zuhud
Kitab Ketigapuluh Lima         : Mengenai Tauhid dan Tawakkal
Kitab Ketigapuluh Enam        : Mengenai Cinta, Rindu dan Ikhlas
Kitab Ketigapuluh Tujuh        : Mengenai Niat dan Ikhlas
Kitab Ketigapuluh Delapan    : Mengenai Koreksi dan Pengawasan Diri
Kitab Ketigapuluh Sembilan   : Mengenai Tafakkur (Berfikir)
Kitab Keempatpuluh               : Mengenai Mengingat Mati



ANALISIS KITAB “RINGKASAN IHYA’ ULUMUDDIN”

Dikalangan umat islam, nama Al-Hujjatul Imam Al-Ghazali bukanlah sesuatu yang asing. Karya-karyanya yang tak tertandingi membuat ulama’ ini tidak dikenal di zamannya saja. Namun, dikagumi umat sepanjang masa.
Salah satu karyanya yang sangat terkenal dan sangat berharga adalah kitab Ihya’ Ulumuddin . Kitab tersebut terdiri dari beribu-ribu halaman dan juga berjilid-jilid.
Biasanya, kitab tersebut dipelajari dikalangan pesantren dan dipelajari oleh para santri, orang-orang yang mempelajari tasawuf dan juga para sufisme.
Karena berupa kitab kuning yang harus diterjemahkan dan membutuhkan penjelasan yang sangat detail. Maka, banyak kaum muslim yang tidak terlalu mengerti dan memahami isi dan kandungan kitab Ihya’ Ulumuddin tersebut karena adanya berbagai hambatan dalam mempelajarinhya. Padahal, sesungguhnya Ihya’ Ulumuddin mengandung pesan dan ajaran yang sangat luar biasa bagi kita semua.
Terdorong atas  dasar:  ingin untuk membantu umat islam yang ingin belajar dan menyempurnakan ibadahnya dengan mudah, serta untuk memberikan cara ataupun solusi bagi para sufi dalam menjalani kehidupannya (sufisme) dan juga bagi orang-orang yang mempelajari tasawuf, khususnya keinginan untuk memahami kitab Ihya’ Ulumuddin dengan mudah. Maka, Abu Fajar Al-Qalami berusaha mengalih bahasakan kitab Ihya’ Ulumuddin tersebut kedalam Bahasa Indonesia serta meringkasnya. Tentu saja dengan kalimat, pembahasan, penjelasan dan uraian yang mudah dipahami oleh para pembaca.
Dan karena factor kitab tersebut (Ihya’ ulumudddin) terdiri dari ribuan halaman dan beberapa jilid, maka Abu Fajar Al-Qalami mencoba dan berusaha menyederhanakannya dalam bentuk ikhtisar (ringkasan). Hingga akhirnya ia (Abu Fajar Al-Qalami) memberikan judul bukunya dengan sebutan “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”. Pertimbangannya sangatlah sederhana, yakni: agar umat mampu memahami dan menguasai inti atau ringkasan dari kitab ihya’ Ulumuddin (yang memiliki banyak halaman dan berjilid-jilid) tersebut, dan juga agar para sufi dapat lebih mudah memahami dan mengerti akan isi atau kandungan materi yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin hingga ahirnya para ahli sufi ataupun para ahli tasawuf tersebut dapat lebih mudah mengimplementasikan ajaran-ajaran yang tersirat dalam kitab tersebut dalam kehidupan keseharian mereka, serta agar umat tidak perlu membayar mahal untuk mendapatkan sebuah judul kitab dan juga agar para pembaca atau para pelajar tidak malas dalam mempelajari atau memahaminya serta membacanya karena kitabnya yang tidak terlalu tebal.

Dalam Segi Bahasa atau Perbendaharaan Kata:
Dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin” tersebut, terdapat beberapa kelebihan dalam segi bahasanya, diantaranya ialah:
Ø  Karena Abu Fajar Al-Qalami menggunakan bahasa yang modern. Hal ini membuat para pembaca lebih mudah memahami maksudnya.
Ø  Kata-katanya indah dan sederhana namun tetap berbobot. Sehingga tidak mengurangi komponen asli ataupun pembahasan yang terdapat dalam kitab aslinya yakni: Ihya’ Ulumuddin.
Ø  Tata bahasanyapun teratur rapi.
Ø  Dalam menguaraikan maknanyapun juga tidak berbelit-belit, yakni: langsung menuju pada sasaran pokok atau pembahasan intinya.
Ø  Dan  Abu Fajar Al-Qalami, juga menggunakan kosa kata yang yang mudah dikenal. hingga akhirnya ia tidak menghilangkan konteks makna yang terkandung dalam kitab aslinya yakni kitab Ihya’ Ulumuddin.
Ø  Kandungan atau pembahasannya-pun juga tidak mengurangi inti dalam pembahasan kitab Ihya’ Ulumuddin.
Ø  Ia atau Abu Fajar Al-Qalami juga tetap mencantumkan beberapa kiasan sebagaimana yang yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.
dan selayaknyalah, ia tetap mempertahankan beberapa kelebihan tersebut diatas. Sehingga hal tersebut menjadi suatu pandangan yang lebih menonjol.
 Adapun kekurangan ataupun kelemahan dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin” yang terdapat dalam segi bahasanya ialah:
Ø  Adanya pembagian atau penggunaan bahasa yang kurang signifikan. Maksudnya ialah adanya beberapa istilah kuno atau istilah kitab dalam kosa kata bahasa arab yang terdahulu, hal ini mengkibatkan timbulnya kesulitan dalam memahami istilah tersebut bagi orang awam yang baru memulai mempelajari kitab-kitab tasawuf seperti kitab ini. Dan dalam kitab ini, Abu Fajar Al-Qalami tidak mencantumkan penjelasan,arti ataupun pengertian terhadap maksud dari istilah-istilah kitab tersebut. Sehingga menimbulkan kebingungan terhadap para pembaca ataupun pelajar yang baru menjajaki bidang tasawuf ataupun kehidupan sufistik.
Penggunaan istilah kitab kuno atau istilah-istilah yang sulit dipahami tersebut, seharusnya harus diganti dengan istilah-istilah yang lebih mudah dicerna atau diganti dengan istilah-istilah ‘ashriy. Sehingga mereka ataupun kita semua lebih cepat dalam memahami kitab ini. Dan bila istilah-istilah sulit tersebut tidak diganti. Maka, seharusnya Abu Fajar Al-Qalami mencantumkan arti atau pengertian itilah tersebut di belakang halaman sebagai kolom lembar perbendaharaan kata. Sehingga kita semua dapat lebih cepat memahaminya tanpa membuka kamus lagi.

Dalam Segi Materi atau Pembahasan:
Adapun kelebihan kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”dalam segi materinya ialah:
Ø  Abu Fajar Al-Qalami tidak mengurangi ataupun menambahi materi-materi inti yang terdapat dalam kitab aslinya yakni Ihya’ Ulumuddin. Artinya: dalam kitabnya Abu Fajar Al-Qalami tersebut, ia tetap mencantumkan materi-materi inti atau materi-materi aslinya sebagaimana materi-materi yang tercantum dalam pembahasan kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali.
Ø  Dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin” tersebut,  Abu Fajar Al-Qalami hanya mencantumkan atau mengalih bahasakan makna atau kandungan kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Ghazali saja, tanpa merubah keautentikannya. Sehingga keautentikan ataupun keaslian pembahasan yang ada di dalam kitab karangannya Imam Ghazali masih sama dengan pembahasan ataupun materi yang ada didalam “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin” karangan Abu Fajar Al-Qalami.
Ø  Masih dicantumkannya dasar-dasar atau dalil-dalil sebagaimana yang tercantum dalam kitab karangan Al-Ghazali untuk dijadikan sebagai penopang materi-materi yang terdapat dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”.
Dan mengenai kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam kitab ini adalah:
Ø  Tidak dicantumkannya contoh-contoh yang sedikit lebih detail. Yang dapat menjadikan dan membantu para pembaca dan para sufisme untuk dapat lebih memahami dengan sangat jelas. Dan seharusnya, Abu Fajar Al-Qalami lebih banyak mencantumkan contoh-contoh pembahasan, sebagaimana contoh-contoh pembahasan yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin untuk dicantumkan dalam kitab ini yakni dalam kitab “Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”. Sehingga, mereka (para pembaca dan para sufisme) dapat memiliki wacana yang lebih luas lagi untuk dijadikan sebagai cermin dalam kehidupan mereka.
Ø  Banyak dicantumkannya hadist-hadist yang masih di perdebatkan keshohihannya (oleh para ulama’). Dan semestinya, Abu Fajar Al-Qalami lebih dahulu memilah antara hadist-hadist yang sudah jelas keshahihannya dan antara hadist-hadist yang masih diragukan keshahihannya. Sebelum mencantumkan suatu hadist kedalam karangannya, seharusnya ia lebih dahulu memilah hal ini agar tidak terjadi berbagai macam kemudhorotan.
Ø  Penjelasan yang diutarakan oleh Abu Fajar Al-Qalami agaknya kurang menjabar. Hendaknya hal ini harus ditambah dengan beberapa penjelasan lagi agar para pembaca, khususnya orang yang mempelajari tasawuf memiliki beberapa pengetahuan yang lebih.

Hubungan kitab ini  (“Ringkasan Ihya’ Ulumuddin”) dengan tasawuf dalam implementasi kehidupan sufistik di era modern.
Kitab ini telah dan akan selalu memberikan sumbangsih yang lebih bagi kita semua dalam mempelajari ilmu tasawuf serta dalam mendalami kehidupan sufistik. Kitab ini tidak akan pernah lekang oleh waktu karena kitab ini merupakan tali penyatu, penghubung, wasiilah bagi para kaum yang semakin haus akan ilmu tasawuf serta bagi para ahli sufi yang hidup dizaman modern ini.
Kitab ini merupakan bagian dari tasawuf yang sangat baik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sufistik di era modern seperti saat ini!!!. Karena kitab ini merupakan thoriiqoh, serta wasiilah yang sangat flexible namun tetap tegak dan tidak pernah goyah pada jalur syari’ah yang telah ada, mudah namun tetap harus diiringi dengan penuh usaha yang selalu berdampingan dengan berbagai-macam rintangan, sulit untuk dijalani namun tetap terhidang solusi-solusi yang menjadi jalan atau pintu keluarnya.

Kiranya, banyak masukan untuk penulis karena adanya berbagai-macam kekurangan yang terletak pada penulis. Semoga resensi ini bermanfaat bagi kita semua sehingga membawa berkah ilahi rabbi. Amien.  

1 komentar: