MENGENAL METODE TOTAL
PHYSICAL RESPONSE (TPR)
DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK USIA DINI
Bahasa adalah suatu
sistim dari suara, kata, pola yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi
melalui pikiran dan perasaan (Oxford Advanced Learner Dictionary). Melalui
bahasa manusia mengemukakan pikiran dan gagasannya baik melalui bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional yang digunakan
dalam bahasa pergaulan, perdagangan dan
juga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam kesuksesan
seseorang. Di Indonesia, bahasa Inggris dikenal sebagai bahasa asing (foreign
language) dan hanya sekedar dipelajari di bangku sekolah atau kursus bahasa
Inggris sehingga orientasinya lebih pada akademik.
Pertanyaannya
sekarang, sejak kapan kita bisa mempelajari bahasa kedua (second language)?
Beberapa penelitian tentang fungsi otak (brain research) menyatakan bahwa sejak
usia dini anak sudah bisa belajar dua bahasa (bilingual) sekaligus baik bahasa
ibu (first language) dan juga bahasa kedua (second language) akan tetapi harus
konsisten dalam penerapannya dan berlangsung terus menerus sepert dikemukakan
oleh Trawick Smith dalam Jalongo (2002 : 50) yang menyatakan bahwa :
“ When
a young toddler is learning to speak two or more languanges, he or she
commonly chooses one or the other to name or describe object or concepts. If
two languages are spoken in the home, it is common for a toddler 18 months or
older to use both languages and to know which family member uses which
language. At times, words from both languages are combined and used
simultaneouslyâ€
Para ahli anak usia
dini juga mengatakan sangat baik bagi seorang anak untuk belajar bahasa
keduanya sebelum dia berusia 10 tahun, artinya kemampuan belajar bahasa kedua
anak akan lebih baik jika dia belajar sebelum usia 10. Permasalahannya adalah
bagaimana mengajarkan bahasa Inggris tersebut kepada anak usia dini? Tentunya
dengan tetap menggunakan prinsip belajar anak usia dini yakni bermain sambil
belajar dengan mengacu pada DAP (Developmental Appropriate Practice) yakni
pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Metode TPR (Total
Physical Response Method) yang dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor
psikologi Universitas Negeri San Jose California, dipandang sebagai metode yang
sesuai untuk mengajarkan bahasa Inggris pada anak usia dini dimana
pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan langsung berhubungan dengan
kegiatan fisik (physical) dan gerakan (movement). Dalam metode TPR ini, Asher
mengatakan bahwa semakin sering atau semakin intensif memori seseorang
diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin
mudah untuk mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini dilakukan secara
verbal dengan aktifitas gerak (motor activity). Dari sisi perkembangan, Asher
melihat keberhasilan belajar bahasa kedua pada orang dewasa adalah sebagai
proses yang paralel dengan pencapaian bahasa pertama anak. Dia mengklaim bahwa
berbicara langsung kepada anak usia dini (AUD) adalah merupakan suatu proses
memberi perintah (command) dimana anak merespon secara fisik lebih dulu sebelum
dia mampu menghasilkan respon secara verbal. Lebih lanjut, Asher yang juga
menyimpulkan bahwa peran faktor emosi sangat efektif dalam pembelajaran bahasa
anak, artinya belajar bahasa dengan melibatkan permainan dengan bergerak yang
bisa dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita akan dapat mengurangi
tekanan belajar bahasa seseorang. Dia percaya bahwa dengan keceriaan dalam diri
anak (positive mood) akan memberikan dampak yang baik bagi belajar bahasa anak.
Ada 5 (lima)
penekanan yang dikemukakan oleh Asher agar anak memiliki pemahaman bahasa yang
disebut sebagai pendekatan pemahaman (Comprehension Approach) yaitu :
1. Kemampuan
pemahaman diikuti dengan keahlian produktif dalam belajar bahasa.
2. Pengajaran
berbicara harus ditunda dulu sebelum kemampuan pemahaman anak sudah terbangun.
3. Keahlian didapat
melalui mendengar yang ditransfer kepada keahlian lain.
4. Pengajaran harus
menekankan arti daripada bentuk dan
5. Pengajaran harus
meminimalkan kadar stres pembelajar.
Penekanan pada
pemahaman (comprehension) dan menggunakan gerakan fisik dalam mengajar bahasa
asing pada level pengenalan (introductory level) sebenarnya merupakan suatu
tradisi yang dilakukan sejak lama dalam pembelajaran bahasa yang biasa disebut
sebagai “Action based teaching strategyâ€
atau “English through Actionsâ€
yang kemudian berkembang menjadi metode Total Physical Respons (TPR).
contoh pembelajaran dengan metode ini adalah sebagai berikut: ketika
mengenalkan kata “stand up (berdiri)â€
semua anak ikut berdiri sambil mendengarkan (listening) kata “stand
up†dan mengucapkan (speak) kata
“stand up†tersebut. Disini kita
tidak perlu menekankan pada pengenalan bahasa tulis (written language) walaupun
kita bisa sekali-sekali menuliskan kata tersebut tapi tidak menjadi keharusan.
Kemudian kita bisa menguatkan pengenalan kata tersebut sambil bernyanyi dan
sambil bergerak sesuai perinntah lagu :
“Every body sit down, sit down, sit down
Every body sit down just like me….â€
“Every body stand up, stand up, stand up
Every body stand up, just like me….â€
Kegiatan pengenalan
Bahasa Inggris dengan metode ini diharapkan dapat berlangsung secara terus
menerus dan bertahap apalagi dengan pembelajaran dengan cara menarik sehingga
anak bisa senang dan ceria akan bisa memaksimalkan kemampuan belajar bahasa
kedua anak sehingga akan muncul anak-anak Indonesia ke depan yang mampu dan
fasih berbahasa Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar