Senin, 08 Februari 2016

Teknik penerjemahan sebagai penjabaran posedur transposisi

A. Teknik penerjemahan sebagai penjabaran posedur transposisi
Newmark (1988: 85) mengemukakan bahwa transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari bahasa sumber (BS) ke bahasa penerima (BP).Dengan demikian,yang dimaksud dengan transposisi dalam uraian ini adalah bentuk- bentuk perubahan fungsi sintaksis dan kategori kata dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Didalam bahasa Arab,istilah fungsi sintsksis merujuk pada tugas yang senantiasa dilakukan oleh suatu unsur linguistic dalam sebuahalimat  (Badri,1988:26).Misalnya, fungsi na’at (sifat) vertugas menyifati man’ut (yang disifati)dan khabar (predikat) menerangkan mubtada’(subjek).
Demikianlah, pembahasan berikut ini terfokus pada cara- cara mentranposisikan fungsi sintaksis dan kategori kata dari klaimat bahasa Arab ke kalimat bahasa Indonesia.
  • Teknik Transfer
Merupakan cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis,kategori, dan kata sarana dari BS ke BP.
  • Teknik Transmutasi
Teknik ini dapat dirumuskan sebagai cara penerjemah dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori dengan memindahkan tempatnya, baik dengan mendahulukan maupun mengakhirkan salah satu unit gramatikal. Dalam penerjemahan BA ke BI, pemindahan urutan ini terjadi pada pola S- P menjadi P- S, dari P- S menjadi S- P, dan dari pola KS + P menjadi KS + S.
  • Teknik Reduksi
Reduksi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang unsure gramatikal BS didalam BP. Dalam penerjemahan  BA ke BI, teknik ini tampak pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P.
  • Teknik Ekspansi
Ekspalansi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan mengeksplesitkan unsur linguistic BS di dalam BP, sebagaimana terlihat dari pola perubahan P-(S) menjadi S-P.
  • Teknik Substitusi
Substitusi merupakan teknik penggantian fungsi unsure kalimat BS dengan fungsi lain tatkala kalimat itu direstrukturisasi di dalam BP, sebagaimana terlihat dari penggantian P dengan K pada kalimat nomina BS yang berpola P- S.
Teknik penerjemahan sebagai penjabaran prosedur ekuivalensi
Dalam bidan penerjemahan, istilah ekuivalensi yang bersinonim dengan padanan mengacu pada beberapa konsep berikut ini.
Pertama, ekuivalensi merupakan tujuan atau produk dari proses penerjemahan. Kedua, prosedur ini digunakan untuk menerjemahkan kosa kata kebudayaan di dalam bahasa penerima dengan cara yang sedapat mungkin mendekati makna yang sebenarnya di dalam bahasa sumber.
  • Teknik Korespondensi
Teknik ini dapat dirumuskan sebagai teknik penyamaan konsep BS dengan BP melalui penerjemahan kata dengan kata dan frase dengan frase, yang berlandaskan asumsi bahwa ada kesamaan konseptual antara keduanya. Kadang- kadang teknik ini didahului dengan penyamaan dua kata BS yang kemudian dikorespondensikan dengan kata BP. Hal ini menyebabakan kekurang tepatan dalam mereproduksi makna BS dalam BP.
  • Teknik Deskripsi
Merupakan teknik penerjemahan dengan menjelaskan makna kata BS di dalam BP seperti tampak pada perubahan kata menjadi frase atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. Teknik ini lebih mampu mengungkapkan makna BS daripada teknik korespondensi.
  • Teknik Integratif
Merupakan pemekaian dua teknik sekaligus dalam mereproduksi makna BS di dalam BP. Teknik deskripsi biasanya menjadi cara yang pokok, sedangkan teknik lainnya hanyalah sebagai tambahan.
Di antara ketiga teknik tersebut, deskripsi dan integrasi merupakan teknik yang lebih mampu mengungkapkan makna istilah BS di dalam BP dari pada teknik korespondensi.
5. Problematika terjemahan
Kesulitan kebahasaan terfokus pada gejala interferensi antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia berikut factor- factor penyebabnya, sedangkan aspek nonkebahasaan menyangkut lemahnya penguasaan penerjemah akan bahasa sasaran dan teori terjemah serta minimnya sarana penunjang. Adapun masalah kebudayaan bertalian dengan kesulitan mencari padanan antara dua budaya yang berbeda.
v Masalah Interferensi dalam Terjemah
-          Terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan urutan kata atau kelompok kata dalam kalimat atau klausa
-          Terjemahan yang tidak gramatis karena mengandung unsure yang tidak perlu
-          Kategori terjemahan yang tidak gramatis. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerumitan struktur nas sumber
-          Terjemahan yang kurang tepat karena menggunakan ungkapan yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia
-          Terjemahan yang dapat menimbulkan salah faham.
Gejala- gejala interferensi di atas timbul karena ketidak konsistenan penerjemah dalam menerapkan kaidah bahasa penerima, yaitu bahasa Indonesia.
v Masalah Teoritis
Kegiatan penerjemah juga merupakan kegiatan yang kompleks karena melibatkan berbagai kemampuan secara bersamaan dan simultan. Diantara kemampuan itu ialah penguasaan dua bahasa, kemampuan teoretis, pengetahuan mengenai berbagai hal, dan intuisi.
Kesulitan tersebut semakin kompleks tatkala penerjemah tidak menemukan cara untuk mengatasi masalahnya. Artinya, penerjemah kurang menguasai teori terjemah. Teori ini sangat diperlukan dalam proses reproduksi pesan bahasa sumber di dalam bahasa penerima dengan padanan yang paling wajar dan paling dekat, baik dari segi arti maupun gaya. Pada gilirannya hal ini menimbulkan rendahnya kualitas terjemah.
v Masalah Kosakata Kebudayaan dan Metafora
Secara teoritis, kosa kata kebudayaan perlu diterjemahkan dengan cara tersendiri, Yang dimaksud dengan kosa kata kebudayaan adalah ungkapan yang menggambarkan tradisi, kebiasaan, norma, dan budaya yang berlaku di kalangan penutur bahasa sumber. Termasuk kedalam kelompok ini ialah kebiasaan berbahasa para penutur bahasa sumber.
Sedikitnya ada delapan aspek yang perlu disiapkan dalam menyelesaikan persoalan kosakata.[1]
1.  Memanfaatkan kamus, baik buku maupun alat elektronik, adalah salah satu pemecahan ketika manghadapi persoalan kosa kata
2.      Sebaiknya memilih kamus yang proporsional, serta relevan dengan tingkat kesulitan dan jenis materi teks sumber
3.      Dalam kamus Arab-Indonesia, kamus Arab-Inggris, atau kamus Arab ke dalam bahasa lain, urutan kosa-kata dalam kamus-kamus tersebut secara umum data dibagi ke dalam dua kelompok. Pertama, kamus dengan urutan kosa kata Arab yang dikembalikan kepada kata pokoknya yakni fiil madzi (kata kerja lampau). Kedua, kamus yang meletakkan urutan kosa kata Arab sesuai dengan keadaanya.
4.      Untuk menghemat waktu, atau agar tidak  terlalu sering membuka kamus,  penerjemah sebaiknya tidak tergesa-gesa mencari di kamus ketika menemukan kosa kata yang belum di ketahui artinya.
5.      Tips lain agar tidak terlalu sering membuka kamus adalah menjaga hafalan setiap kosa kata yang pernah di lihat dari kamus. Cara efektif untuk mengingatnya adalah menulis kosa kata itu dalam buku tersendiri.
6.      Di dalam kamus Arab-Indonesia sering di jumpai satu kata Arab memiliki makna yang cukup banyak. Kadang-kadang dengan makna yang terasa sangat berbeda, dan bahkan maknanya ada yang berlawanan antara satu sama laannya. Penerjemah harus memilih salah satu makna yang di pandang paling tepat dan sesuai dengan konteks kalimat dan arah teks yang di terjemahkan.
7.      Kosa kata menjadi konsep sentral perlu memperoleh perhatian khusus, yakni menerjemah kata tersebut secermat dan setepat mungkin, kesalahan dan inkonsistensi penerjemah dapat mengakibatkan kesalahan yang sangat fatal.
8.      Penerjemah hendaknya mengoptimalkan pemahaman pada sekitar 10-20% pertama dari teks Arab.
v Masalah Transiliterasi
Kesulitan transiliterasi nama- nama asing disebabkan tiadanya aturan yang konsisten yang dapat dijadikan pegangan, karena transiliterasi ini didasarkan atas simakan orang Arab, bukan atas tulisan [ transkirpsi].
Untuk menghadapi masalah seperti itu, kiranya penerjemah dapat merujuk Encyclopaidic Dictionary of Scientist and Inventors karya Ibrahim Badran dan Muhammad Faris.
Demikianlah, tidak ada cara yang paling ampuh untuk mengatasi berbagai masalah penerjemahan. Yang dapat dilakukan untuk meminimalkan masalah ini ialah dengan banyak membaca dan menjadi orang generalis.
v Masalah Tanda Baca
Masalah penerjemahan Arab- Indonesia yang lazim dijumpai adalah berkenaan dengan adanya gejala interferensi pada terjemahan, kenisbian dan keterbatasan teori penerjemahan, kesulitan dalam mencari padanan makna bagi kosa kata agama dan kebudayaan, keragaman pedoman transliterasi Arab- Indonesia dan perbedaan grafologis antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggali teori, menguasai bahasa Indonesia, berdiskusi dengan pakar terjemah, dan berlatih menerjemahkan nas dengan berbagai topic dan jenis secara sungguh- sungguh.
B. STRATEGI DAN METODE TERJEMAH
1. Strategi Menterjemah
2. Tugas Metode Menterjemah
3. Macam- macam Metode Terjemah dan Contohnya
Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Jika sebuah nas, misalnya Al-qur’an, diterjemahkan dengan metode harfiah, maka makna yang terkandung dalam surat pertama hingga saat terakhir diungkapkan secara harfiah, kata demi kata hingga selesai.metode harfiah dan met
Karena masalah penerjemahan itu sangat variatif , cara atau metode penyelesaiannya pun bervariasi pula. Dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab, metode penerjemahan terbagi dua jenis : metode harfiah dan metode tafsiriah.
1.      Metode Harfiah (literer), ialah cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan nas sumber. Cara menerjemahkan yang juga disebut dengan metode laf-zhiyyah atau musawiyah ini diikuti oleh Yohana bin ai- Bathriq, Ibnu Na’imah, al- Hamshi, dan sebagainya. Yang menjadi sasaran penerjemahan harfiah ialah kata.
Metode ini dipraktekkan dengan pertama- tama seorang penerjemah memahami nas, lalu menggantinya dengan bahasa lain pada posisi dan tempat bahasa sumber itu atau melakukan transliterasi. Demikianlah cara ini dilakukan hingga seluruh nas selesai diterjemahkan.
Metode tersebut memiliki kelemahan karena dua alas an, yakni:
-          Tidak seluruh kosa kata Arab berpadanan dengan bahsa lain sehingga banyak dijumpai kosa kata asing
-          Struktur dan hubungan antara unit linguistic dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain
2.  Metode Tasharruf (Tafsiriah atau bebas), ialah suatu cara penerjemahan yang tidak memperhatikan peniruan susunan dan urutan nas sumber. Yang dipentingkan metode ini adalah penggambaran makna dan maksud bahasa sumber dengan baik dan utuh. Yang menjadi sasaran metode ini ialah makna yang ditunjukkan oleh struktur bahasa sumber.
Sementara itu Ahmad Hasan az- Zayyat ( Khaursyid,  1985: 10) tokoh penerjemah modern, menegaskan bahwa metode penerjemahanyang diikutinya ialah yang memadukan kebaikan metode harfiah dan tafsiriah.
Kiranya metode yang diterapkan oleh az- Zayyat ini dapat diistilahkan dengan metode elektik, karena metode tersebut mengambil dan mengaplikasikan kebaikan yang terdapat dalam metode harfiah dan metode tafsiriah.
Terjemah sering pula dikelompokkan dalam metode yang lain, yakni metode terjemah langsung dan terjemah tidak langsung.
Terjemah langsung. .Yang bisa diandalkan dari makna terjemah ini adalah terjemah yang bisa dilakukan secara langsung atau tanpa suatu persiapan, maskipun sesungguhnya terjemahan yang umumnya diungkapkan secara lisan ini juga memerlukan persiapan, yakni sebelum pelaksanaan terjemahan.
Terjemah tidak langsung. Model ini sering pula disebut sebagai terjemah biasa atau tidak langsung. Artinya, terjemahan yang dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu. Begitu teks sumber dihadirkan, maka tidak secara spontan teks terjemah dihadirkan. Terjemahan yang paling banyak dilakukan ini biasanya terjadi pada penerjemahan naskah-naskah tulisan, terutama buku.



[1] . Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab, Tiara Wacana, 2004, hal 66.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar