Metode Belajar Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
A.Metode
Langkah berikutnya
setelah ditentukan pendekatan, yakni menentukan metode yang tepat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata metode dimaknakan “cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan” (Depdikbud,
1988: 580581).
Menurut Sri Hastuti
(1989:17-18), metode ialah sebuah cara menyajikan materi pelajaran secara
sistematik kepada siswa, sesuai dengan seleranya dan sifat materi pelajaran
yang diberikan.
Burhan (1971.:57,151)
menjelaskan bahwa metode mengajar adalah cara-cara mengajar yang telah disusun
berdasarkan prinsip dan sistem tertantu yang disesuaikan dengan tujuan
pelajaran tertentu. Sedangkan hakekat metode pengajaran bahasa sesungguhnya
tidak lain mengenai persoalan pemilihan bahan yang akan diajarkan, penentuan
urutan pemberian bahan, cara-cara penyajian bahan, cara-cara pengulangan
pemberian bahan dan evaluasi.
Pemilihan bahan perlu
dilakukan, oleh karena tidaklah mungkin kita mengajarkan semua hal yang
tercakup dalam semua ilmu yang sangat lugas itu. Karenanya kita terpaksa
mengadakan pemilihan, mana diantaranya yang perlu kita ajarkan sesuai dengan
tujuan pengajaran yang hendak kita capai. Penentuan urutan pemberian bahan
perlu dilakukan oleh karena tidak mungkin kita dapat mengajarkan sekaligus
mungkin bahan yang telah kita pilih itu. Kita mengajarkan hal-hal yang dianggap
lebih penting daripada bahan lainnya. Cara-cara penyajian bahan perlu kita
pikirkan dan kita rencanakan dengan baik, sebab mustahil akan berhasil dengan
baik andai kata mengajarkan sesuatu tanpa dipikirkan bagaimana cara
menyajikannya. Cara penyajian bahan akan menentukan berhasil tidaknya
pengajaran bahasa. Cara pengulangan pemberian bahan perlu dilakukan karena ada
kemungkinan bahan yang telah disampaikan sebagian atau seluruhnya belum
dimengerti betul oleh anak didik. Evaluasi dilakukan dalam pengajaran bahasa,
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang telah
diberikan oleh guru, dan sekaligus untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang
guru memberikan materi pelajaran.
1.Metode Langsung
(The Direct Method)
Menurut Mackey
(1965:151-152) dalam Pateda (1991:129-30), ciri utama metode ini ialah (i)
menggunakan struktur dan kosa kata yang biasa digunakan sehari-hari, (ii) tata
bahasa diajarkan dengan memperhatikan situasi, (iii) menggunakan banyak butir
baru dalam pelajaran yang sama untuk membuat alamiah bunyi bahasa yang pada
gilirannya memperkaya penggunaannya dalam percakapan biasa, (iv) tata bahasa
dan kosa kata diajarkan secara oral, (v) kata-kata yang diajarkan langsung
dihubungkan dengan bendanya, (vi) pengajaran tata bahasa ditayangkan secara
visual, (vii) menyimak secara ekstensif dan meniru dilatihkan agar keterampilan
akan bersifat otomatis, (viii) pada umumnya dikerjakan di kelas, (ix) beberapa
minggu pertama dikhususkan untuk melatihkan ucapan, dan (x) semua keterampilan
membaca pertama-tama dilaksanakan secara oral.
Berdasarkan
prinsip-prinsip di atas, tampak bahwa metode langsung adalah metode pengajaran
bahasa yang dalam pelaksanaannya menolak pemakaian bahasa ibu sendiri. Semua
aspek bahasa yang diajarkan disajikan dengan menggunakan bahasa itu sendiri
sebagai bahasa pengantarnya (Burhan,1971:157).
Menurut Burhan
(1971:158) metode ini memiliki kelebihan atau keuntungan, yaitu (i) dapat
menghindarkan diri menyuruh murid-murid menghafal bahasa buku yang kaku yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan pemakaian bahasa yang sesungguhnya dalam
masyarakat. (ii) Perhatian murid akan tumbuh dengan wajar. Pateda (1991:130)
menambahkan (i) si terdidik beroleh kesempatan banyak untuk mempraktikkan
bahasa, dan (ii) si terdidik dapat mempraktikkan bahasa sesuai dengan fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi.
Disamping memiliki
keunggulan, metode langsung memiliki kelemahan, yaitu (i) Tidak semua vokabuler
dapat diajarkan dengan menghubungkan secara langsung dengan benda, situasi, atau
gerak yang digambarkan. Sebagian harus dijelaskan dengan memberikan sinonim,
antonim, difinisi, penjelasan-penjelasan atau dalam pemakaiannya. (ii) Adannya
kecenderungan terlambatnya keterampilan membaca. (iii) Pengetahuan katakata
lebih tinggi daripada penggunaan kata tersebut. (iv) Sulit menciptakan suasana
kelas hidup (Burhan,1971:158).
2.Metode Alamiah (The
Natural Method)
Prinsip yang
melandasi metode alamiah, menurut Burhan (1971:163) ialah mengajarkan bahasa
harus sesuai dengan kebiasaan anak-anak belajar bahasa ibunya. Hastuti
(1988:18) menambahkan bahwa (i) anak selalu mempelajari bahasa melalui apa yang
didengarnya dan tidak melalui apa yang dilihatnya, (ii) mengajarkan kata harus
lebih dulu mengajarkan bunyi-bunyinya. Sejalan dengan itu, Mackey dalam Pateda
(1991:130) mencatat bahwa metode alamiah mempunyai ciri (i) pengajaran langsung
kepada benda atau digunakan gambar, (ii) kata-kata baru diajarkan berdasarkan
pengetahuan si terdidik mengenai kata lama, (iii) tidak ada terjemahan, (iv)
kesalahan berbahasa segera diberitahukan, dan (v) tahap pengajaran, yakni
menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan tata bahasa.Keunggulan metode ini
ialah siswa mudah memahami, sebab siswa langsung menghayati benda, sifat,
proses terhadap hal yang dimaksud.
3.Metode Psikologis
(The Psyichological Method)
Metode ini didasarkan
pada visualisasi mental dan asosiasi terhadap ide-ide. Menurut Mackey dalam
Pateda (1991:130) dan Burhan (1971:165) ciri utama metode ini, yakni (i) benda,
diagram, gambar, dan lembar peraga digunakan untuk menimbulkan imaji mental
terhadap kata yang diajarkan, (ii) kosa kata disusun ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan jenis kalimat idiomatis yang dikaitkan dengan bahan yang sedang
diajarkan, (iii) tiap kelompok merupakan satu pokok bahasan, (iv) pelajaran
dibagi atas bab dan subbab, (v) pengajaran bersifat oral pada mulanya, lalu
menggunakan buku, (vi) bahasa sehari-hari dihindari meskipun tidak dilarang
(vii) karangan diperkenalkan setelah beberapa kali pelajaran, dan (viii)
pelajaran dimulai dengan tata bahasa, dan membaca setelah itu. Keuntungan
metode ini, siswa dilibatkan secara langsung aktivitas mentalnya, sehingga
bahan yang diajarkan sukar dilupakan. Si terdidik terhindar dari bahasa ibu.
Bagi siswa yang aktivitas mentalnya lemah akan mengalami kesukaran atau
hambatan belajar.
4.Metode Membaca (The
Reading Method)
Tujuan utamanya ialah
agar siswa mempunyai keterampilan dan pengetahuan membaca. Teks dibagi atas dua
bagian, yaitu teks pendek dan teks panjang. Mula-mula daftar kata yang akan
diajarkan, termasuk terjemahannya, dan gambarnya. Setelah kosa kata tertentu
dikuasai, berikutnya cerita yang agak panjang diberikan dengan maksud agar si
terdidik menguasai kosa kata. Metode ini sangat baik untuk memotivasi kebiasaan
membaca di kalangan anak didik. Di samping itu dapat memberi sumbangan berupa
pengetahuan. Akibat seringnya membaca, ada kemungkinan keterampilan kemungkinan
yang lain akan kurang mendapat perhatian.
5.Metode Fonetik (The
Phonetic Method)
Metode ini dikenal
sebagai metode oral. Metode mementingkan pelafalan bunyi bahasa. Mula-mula
mendengarkan lalu mengucapkannya secara berurutan dari fonem, suku kata, kata,
frase, dan kalimat yang akhirnya menghubungkan dalam suatu cerita. Keuntungan
metode ini, siswa akan terlatih mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan
benar. Sebaliknya akan celaka andaikata ada guru bahasa yang yang tidak paham
melafalkan bunyi-bunyi bahasa yang dimaksudkan.
6. Metode Tata Bahasa
(The Grammar Method)
Metode ini memberi
tekanan pada pengajaran kaidah daripada penggunaan bahasa atau penggunaan
kaidah itu sendiri. Dengan kata lain, teori bahasa lebih dipentingkan daripada
penggunaan teori tersebut. Keunggulan teori ini, siswa akan mudah menjadi ahli
bahasa, tetapi kurang terampil menggunakan bahasa.
7.Metode Terjemahan
(The Translation Method)
Menurut Hastuti
(1989:18) metode ini bercirikan (i)- dipakai dalam pengajaran bahasa asing atau
untuk penutur bahasa Indonesia yang terpencil; yang menganggap bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing, (ii) menekankan pada latihan-latihan terjemahan dari dan
ke bahasa yang diajarkan, (iii) dapat dipakai dalam bahasa tulis dan bahasa
lisan. Lebih lanjut Hastuti menjelaskan bahwa untuk menjelaskan kata-kata agar
mudah dipahami selalu melalui konteks pemakaiannya. Amat sukar diterapkan untuk
latihan-latihan berbicara. Sedangkan keunggulannya siswa akan banyak
mendapatkan pengetahuan kosa kata.
8. Metode Terjemahan
Tata Bahasa (The Grammar-Translation Method)
Metode ini adalah
kombinasi antara tata bahasa dan terjemahan. Metode ini biasa disebut metode
tradisional. Metode ini menekankan pengajaran tata bahasa sebagai sasaran dan
teknik peraktik utamanya adalah terjemahan dari dan ke dalam bahasa sasaran
(Pateda.1991: 133).
9. Metode Eklitik
(The Ecletic Method)
Meckey berpendapat
bahwa metode eklitik atau campuran, yakni metode campuran dari. unsur yang ada
dalam metode langsung dan metode testa bahasa terjemahan. (Pateda,1991:154).
Burhan (1971:166) mengatakan bahwa metode eklitik sesungguhnya adalah metode
yang disusun berdasarkan gabungan segi-segi terbaik dari metode langsung dan
metode-metode yang tergolong, metode tak langsung. Dalam metode ini bahasa ibu
dipakai untuk memberikan penjelasan dan terjemahan seperlunya untuk mempercepat
proses pengajaran, menghindarkan salah paham dan mencegah penborosan waktu.
Keterampilan berbahasa diajarkan dengan urutan berbicara, menulis, pemahaman,
dan membaca. Kegiatan-kegiatan yang diberikan berupa praktek berbahasa, membaca
nyaring, dan bertanya jawab. Dengan demikian, metode ini bersifat fleksibel,
sehingga dapat digunakan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
10.Metode Unit (The
Unit Metode)
Metode ini merupakan
penerapan sistem mengajar. Menurut Herbart ada lima langkah yang dapat
dilakukan, yakni (i) persiapan murid, (ii) penyampaian bahan, (iii) bimbingan
melalui induksi, (iv) penarikan kesimpulan secara generalisasi, dan (v)
penerapan (Burhan,1971: 167; Pateda,1991: 134). Metode unit dapat diterapkan di
berbagai jenjang sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas, dan
bahkan di perguruan tinggi. Metode ini memberi kesempatan banyak kepada siswa
untuk menemukan kaidah bahasanya. Di samping itu membuat siswa kreatif membuat
contoh-contoh. Bagi mereka yang terbiasa hidup santai dan pasip merupakan hal
yang menghambat baginya.
11. Metode Kontrol
Bahasa (The Language Control Method)
Menurut Mackey,
metode ini disebut juga metode pembatasan bahasa, yaitu metode yang mengadakan
pembatasan dan gradasi terhadap kosa kata dan kalimat yang akan diajarkan
(Pateda, 1991:135). Dengan kata lain mencari jalan yang paling pendek dan
paling efisien agar dalam waktu singkat dan dengan jalan yang mudah murid-murid
dapat menguasai sejumlah kata-kata dan pola-pola kalimat yang terbatas, tetapi
mempunyai kegunaan yang tinggi dalam kehidupan (Burhan,1971:16). Metode ini
memiliki keunggulan karena dengan mempelajari kosa kata dan pola kalimat yang
banyak pemakaiannya, mau tidak mau secara sadar atau tidak siswa akan mudah
mengerti bahan yang baru diajarkan. Sebaliknya, karena kosa kata dan pola
kalimat yang frekuensinya tinggi saja yang diajarkan, berakibat siswa hanya
berkecenderungan memiliki kosa kata dalam lingkup itu saja. Dengan kata lain,
kata-kata dan pola-pola kalimat tertentulah yang dapat dikuasai siswa.
12.Metode Memori
Mimikri (The Mimicry Memorization Method)
Metode ini disebut
juga metode drill-informant.Ppengajaran dibagi atas demonstrasi dan
drill/latihan. Bahan yang didemonstrasikan yakni tata bahasa, lafal, dan kosa
kata, baik diberikan oleh guru atau pun oleh informan (native speaker)
(Burhan,1971: 168; Hastuti, 1989: 19; Pateda, 1991-135)
Dalam
latihan-latihan, guru atau informan membacakan beberapa kalimat yang
didengarkan oleh para siswa, kemudian siswa mengulanginya berkali-kali sampai
kalimat itu dihafal betul. Tata bahasa diberikan secara induktif atau
contoh-contoh dengan kalimat. Setelah taraf ini diberikan, kemudian dilanjutkan
dengan ceramah, dramatisasi, dan diskusi. Variasi pengajaran dapat ditempuh
tanpa adanya guru atau informan. Guru diganti dengan rekaman yang berisi
percakapan, sehingga siswa yang telah mahir tidak diperlukan. Bentuk variasi
ini kadang-kadang disebut orang metode Audio Lingual (Burhan,1971:168). Dengan
pengulangan yang dilakukan berkali-kali oleh siswa, memungkinkan bahan yang
telah diberikan oleh guru atau informan selalu diingat oleh siswa. Inilah
keunggulan metode ini.
13. Metode
Teori-Praktik (The Practice-Theory Method)
Teori ini disebut
juga prektik-teori, yaitu metode yang mendahulukan praktik kemudian teori
dimunculkan (Burhan, 1971: 168-169; Pateda,1991: 136). Kalimat yang dicontohkan
oleh guru atau informan dihafalkan oleh siswa. Kalimat-kalimat tersebut lalu
dianalisis secara fonetis dan struktural, kemudian si terdidik disuruh
memperluas atau membuat kalimat yang memiliki pola sama. Keunggulan metode ini
anak didik akan banyak berlatih berdasarkan pola kalimat yang ditemukan
sendiri. Dengan demikian, anak didik akan lebih mengingat secara dalam tentang
kalimat yang baru diajarkan.
14. Metode Kognat
(The Conate Method)
Kognat berarti
kemiripan, yaitu kemiripan bahasa yang dipelajari dengan bahasa ibunya. Dalam
hal ini, siswa mempelajari kata yang mirip bentuk dan artinya dengan bahasa ibu
kemudian siswa menggunakannya dalam bahasa lisan dan tulis. Metode ini memiliki
keuntungan, yaitu siswa dapat membandingkan secara langsung bahasa yang sedang
dipelajari dengan bahasa ibunya.
15.Metode Bibahasa
(The Duallinguage Method)
Menurut Mackey,
metode ini mirip dengan metode kognat, yakni metode yang mendasarkan pada
asumsi perbedaan dan persamaan antara bahasa yang sedang dipelajari dengan
bahasa ibu (Pateda,1991: 136). Persamaan dan perbedaan yang dipergunakan
tidaklah terbatas hanya pada kata-kata saja, tetapi tercakup pula, bunyi-bunyi,
bentuk kata dan kalimat dari kedua bahasa itu. Bahasa ibu digunakan untuk
menerangkan perbedaan bunyi-bunyi bahasa, tata bahasa, dan kata-katanya. Tiap
unsur yang berbeda dipergunakan sebagai latihan-latihan dasar secara sistematis
(Burhan,1971:169). Dalam metode ini siswa dapat mengasosiasikan bahasa yang
sedang dipelajari dengan bahasa ibunya.
16.Metode Berlitz
(The Berlits Method)
Metode ini
menggunakan prinsip dasar metode langsung. Menurut Mackey (1965) yang dikutip
oleh Pateda (1991: 140). Dalam metode ini siswa langsung menghayati bahasa yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena titik tumpunya pada bahasa
lisan, maka jumlah siswa dalam suatu kelas hendaknya tidak terlalu banyak. Di
samping itu, demonstrasi yang dilakukan oleh guru kadangkadang tidak sejalan
dengan pendapat siswa, akhirnya pelajaran akan berubah menjadi lelucon.
17.Metode Simulasi
(The simulation Method)
Simulasi dapat
diartikan sebagai metode bermain peran. Metode ini akan menyajikan penggunaan
bahasa yang dihubungkan dengan peran yang dibawakannya. Penyajian bahan dengan
metode simulasi, dikelompokkan menjadi delapan yaitu kelompok yang terdiri atas
beberapa siswa dan kelompok atau bagian lain yakni fasilitator. Siswa akan
mendiskusikan sesuatu yang telah disiapkan oleh fasilitator dengan menggunakan
bahasa sesuai peran yang diemban oleh masing-masing siswa dalam kelompoknya.
Fasilitator bertugas membimbing dan memperbaiki segera andai kata siswa
melakukan kesalahan berbahasa. Metode ini memberi keuntungan yang berarti bagi
siswa karena siswa dapat terlibat secara langsung baik terlibat secara
psikologis maupun secara verbalistis.
18.Metode Kaji
Pengalaman (The Inquiry Method)
Metode kaji
pengalaman adalah metode mengaktifkan kembali pengalaman si terdidik.
Pengalaman itu merupakan penghayatan si terdidik dalam kehidupannya sehari-hari
(Pateda, 1991:141). Pelaksanaan metode ini, yaitu siswa diminta mengungkapkan
pengalamannya di depan kelas dengan menggunakan bahasa yang mereka kuasai.
Tugas guru memperbaiki kesalahan berbahasa anak didik.
Kelemahan yang sering
dilakukan oleh siswa, yaitu (i) siswa yang malu tidak mau mengungkapkan
pengalamannya, (ii) kemampuan bahasa lisan siswa pada umumnya terbatas, (iii)
kosa kata siswa pada umumnya terbatas, (iv) tidak semua siswa dapat giliran,
(v) guru kadang-kadang menemukan kesalahan berbahasa siswa yang sulit
dijelaskan olehnya. Akibat semua itu kebaikannya siswa akan terlatih
menggunakan bahasa yang komunikatif dan timbulnya keberanian untuk berbahasa
lisan.
19.Metode SAS (The
SAS Method)
SAS merupakan
singkatan dari Struktur Analitik Sintetik, yaitu metode yang dilandasi oleh
teori ilmu jiwa Gestal. Menurut teori ini, penguasaan unsur-unsur didahului
oleh satuan. Jadi, untuk mengajarkan fonem, misalnya, siswa diperkenalkan
dahulu dengan kata dasar. Kata dasar diuraikan atau dianalisis menurut
unsur-unsurnya, yaitu suku. Kemudian suku diuraikan menjadi fonem-fonemnya.
Cara ini disebut “analitik”. Cara ini tampak pada, pengajaran membaca
permulaan. Hal seperti itu kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan
unsur-unsur itu menjadi satuan yang lebih besar. Fonem-fonem digabungkan
menjadi suku, suku digabungkan menjadi kata dasar dan sebagainya. Cara ini
disebut sintetik.
Berikut diagram
pengajaran bahasa menggunakan metode, SAS yang dibuat oleh Pateda (199I, I42)
i n i i b u b u d i
Metode ini akan
memberikan penjelasan dan pemahaman kepada siswa secara keselurahan.
20.Metode Sain-Klauda
(The Saint-Cloud Method)
Metode sain klauda
berasumsi bahwa bahasa adalah tingkah laku bertujuan di antara penuturnya.
Metode ini bertujuan mengajarkan bahasa yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari untuk berkomunikasi (Pateda,1991:143).
Agar bahasa bermakna
dalam kehidupan sehari-hari maka pelajaran diberikan dalamn bentuk tanya jawab.
Gambar-gambar dan bermacam-macam pertanyaan yang diajukan guru mengenai gambar
itu memungkinkan si terdidik untuk mempraktikkan bahasa yang pada gilirannya
akan berguna dalam kehidupannya sehari-hari. Pada mulanya si terdidik melihat
gambar. Guru mengajukan pertanyaan yang bertalian dengan gambar itu. Jawaban si
terdidik diusahakan berlangsung secara reflek (Pateda, 1991:145). Dengan
refleksitas yang dimiliki siswa untuk menjawab pertanyaan guru, siswa akan
terbiasa menggunakan bahasa yang digunakan, sehingga kalimat itu muncul dengan
sendirinya apabila dibutuhkan.
21.Metode Microwave
Device (The Microwave Device Method)
Dalam metode
microwave device Pateda (1991:144) mencatat bahwa si terdidik menirukan lebih
dahulu pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya. Lama-kelamaan jawaban ini
menjadi mekanis, mereaksi secara refleks. Dengan adanya sifat refleks itu
memungkinkan si terdidik dapat berkomunikasi dengan jalan bercakap-cakap dengan
sesamanya.
22.Metode Audiovisual
(The Audiovisual Method)
Audiovisual apabila
diterjemahkan menjadi pandang dengar. Jadi metode audivisual adalah metode
pandang dengar. Siswa belajar bahasa dengan cara melibat sekaligus mendengarkan
tuturan yang berkaitan dengan gerakan-gerakan pada layar atau gambar. Metode
ini sangat praktis apabila sasarannya ada. Media yang dapat digunakan dalam
metode ini ialah film, TV, vidio kaset, dan dapat juga OHP. Dengan demikian,
siswa dapat memahami bahasa yang diajarkan melalui indra penglihat sekaligus
indra pendengar. Setelah siswa melakukan kegiatan melihat dan mendengar materi
yang disampaikan, tugas berikutnya ialah mengungkapkan kembali materi yang
telah disajikan baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan pertanyaan guru.
Kebaikan metode ini,
siswa langsung dapat menghayati apa yang didengar melalui tayangan berupa
visualisai. Dengan visualisasi inilah siswa akan mudah memahami apa yang
diajarkan. Tetapi sebaliknya, bagi siswa yang belum terbiasa mengikuti metode
ini, khususnya yang menggunakan OHP mereka merasa mengalami hambatan. Oleh
karena itu, guru hendahnya pelan-pelan dalam mengoperasikan OHP.
Casino, Slots, Poker, Table Games - Mapyro
BalasHapusFind 경상남도 출장안마 the best Casino, Slots, Poker, Table Games in the area at Mapyro. Casino Floor. Mapyro Casino Floor. Mapyro 포항 출장마사지 Casino Floor. Mapyro 오산 출장마사지 Casino Floor 아산 출장샵 Map. 충청북도 출장마사지